Travel Photography - Human Interest: Fokus Pada Mata

Eyes Could Say (More Than Words)

Mata adalah jendela jiwa. Demikian ungkapan yang menggambarkan bagaimana tatapan mata manusia memiliki atau menyimpan arti tersendiri. Memang, dalam kenyataan hidup, seringkali kita menggunakan isyarat melalui mata, untuk menyampaikan apa yang kita maksud, juga perasaan kita. Mata sanggup menyampaikan sesuatu tanpa harus lewat kata-kata. 

Dalam fotografi, khususnya potret manusia, baik fashion ataupun Human Interest, mata adalah titik fokus yang seringkali membuat fotografer tertarik. Apalagi bila berhadapan dengan orang yang memiliki tatapan  tajam, agak misterius. Tak ayal, dalam tayangan ajang pencarian bakat modeling yang popular, sebut saja “American Next Top Model” yang dicetuskan oleh Tyra Banks, bagian mata adalah ‘selling point’ bagi seorang calon top model. Disini, kita disadarkan bahwa kecantikan fisik tidak serta merta membuat seseorang menjadi model. Dalam beberapa kali sekual program TV itu, acapkali kita dengar para fotografer professional berkomentar, “ she is beautiful, but she is not a model.” Dan tentu saja, Tyra Banks punya istilah khusus sehubungan dengan mata, yakni “Smize” Smile With Your Eyes!!

Maka jangan heran, ada sejumlah tokoh-tokoh selebritis terkenal yang dipuja-puja berkat keindahan tatapan matanya. Misalnya Aiswarya Rai, Angelina Jolie, Eva Green, Adriana Limaatau Penelope Cruz. Sedangan prianya ada Gerard Butler, David Gandy, Jon Kortajarena Matt BomerSean O'PryTyson Beckford,  hingga surfer Kelly Slater.

Mungkin beberapa dari kita juga pernah membaca atau mendengar bahwa tidak sedikit supermodel, aslinya orang biasa, yang ‘ditemukan’ oleh pencari bakat atau fotografer secara tak sengaja. Ingat kisah Kate Moss, Alek Wek, Naomi Campbell, dan Natalia Vodianova? Mereka ini tanpa bekal modeling apa-apa awalnya, tapi langsung memikat lensa kamera, lewat karakter wajah dan pastinya mata.

Di luar dunia fashion, siapa yang lupa dengan cover majalah National Geographic tahun 1985 yang menghadirkan tatapan tajam Sharbat Gula, seorang gadis Afganistan? Atau foto-foto kaum Tuareg di gurun Afrika, maupun etnis Rabari di India?

Traveling memberi kita kesempatan untuk berjumpa dengan banyak orang. Dan bila traveling dilakukan tak cuma dalam wilayah atau negeri sendiri, pasti akan mempertemukan kita dengan lebih banyak orang lain lagi di dunia ini, dengan karakter wajah berbeda, dan dengan mata-mata indah lainnya. Well, ini juga menjadi semacam pengakuan, bahwa bagi saya pribadi, bagian paling menarik dari manusia adalah mata. Kalian juga?

Ayo motret mata!

Tips Memotret Fokus ke Mata
  • Tak ada pilihan yang lebih baik selain mendekati dan akrab dengan orang yang ditaksir untuk jadi model. Pendekatan personal sangat penting,  karena untuk mendapatkan foto yang pas, sang model/target haruslah memberikan tatapan yang intens-berdurasi cukup lama. Cari cara supaya ia mau diarahkan. 
  • Manusia dengan kelompok umur yang memiliki tatapan mata ‘soulful’ adalah orang-orang tua serta anak kecil. Basicly, pendekatan kepada kelompok umur ini tidaklah sesulit pendekatan kepada kelompok umur belasan hingga tiga puluhan tahun. Kenapa? Karena di rentang usia belasan hingga tiga puluhan tahun, umumnya orang lebih tertarik untuk dipotret ‘tampak manis-cantik-ganteng’ saja, wajah dimulus-muluskan, dst.
  • “Fierce Eyes” atau tatapan mata tajam, sedikit seperti galak atau marah atau takut, adalah ekspresi yang paling mumpuni. Tekniknya, biarkan bibir terkatup dalam bentuk normal, mintalah obyek untuk memberi tatapan seolah-olah hendak marah kea rah kamera. Lalu ubah pikiran dia supaya jangan ikut merasa marah, melainkan tersenyum-namun senyum itu dibayangkan dan dihadirkan ke mata. Ingat, slogan Tyra Banks “Smize..: Smile with your eyes.”
  • Praktikan point ke-3 di atas terlebih dahulu, supaya Anda sendiri paham apa itu Smize. Sehingga gampang mengarahkan model.
  • Ini menyangkut selera pribadi, namun untuk fotografi jenis ini saya prefer memotret orang-orang dari etnis yang matanya berwarna (misalnya biru-hijau-hazel,dll). Untuk orang Indonesia, warna mata cokelat terang adalah favorit saya.                    

    Semua foto dalam artikel ini adalah produk pribadi. Penggunaan untuk kepentingan lain serta komersil, terlebih  dahulu harus melalui izin tertulis ke email: valentinoluis45@gmail.com
    
    Huge thanks to people I met, and good friends, who let themselves to be photographed, especially: 
      Paolo Goncalves (Portugal) – the man with green scarf. 
      Pawel Nowakovski(Poland) – first and last photo / left side. 
      Tihomir Rangelov (Georgia) – the man who smokes cigar, last photo/ right side

Half-Underwater Photography: Bermain air setengah-setengah!

Half-Underwater Photography 

Bikin Memori Traveling Lebih Keren

Pantai Ora, Pulau Seram, Maluku. Foto ini saya buat di sebelah selatan sayap dermaga yang biasa dipakai buat nongkrong.
Memotret dalam air atau Underwater Photography adalah salah satu genre yang disenangi banyak orang. Tentu saja traveler yang suka laut dan pantai, atau mereka yang doyan nyemplung ke air, island hoppers, ingin punya foto macam ini.


Tapi, ada versi lain dari underwater photography, yakni Half-Underwater. Photo jenis ini memberikan kesan yang berbeda dan unik, karena bukan hanya bagian dalam dari air yang direkam kamera tapi bagian permukaan air/surface maupun daratan juga. Jadi, Half-Underwater  memberi porsi dua ruang: bagian bawah dan atas, medium basah dan medium kering.

Ini nyaris jadi abovewater, kalau saja bagian bawahnya tidak menampakan isi laut. Posisi saya berdiri.
 Lokasi Pulau Sebayur, Komodo - Flores

Meskipun saya sudah lihat foto-foto half-underwater sejak beberapa tahun silam, tapi prakteknya baru saya mulai bulan Desember 2014 lalu. Gara-garanya punya Gopro Hero 4, yang pada bulan itu kebetulan baru muncul di pasaran dan saya ingin sekali bermain air dengan kamera ini. Foto half underwater saya yang pertama, saya bikin di Pulau Sebayur. Itu loh, pulau kecil di kawasan TN Komodo-Flores,  yang ada resortnya. Saya suka komposisi pulau ini karena bukit savanna kecil, lalu bungalow-bungalownya di bangun di tepi pantai, serta nilai plus berupa tebaran koral yang keren di laut depan bungalow. Ideal untuk praktek Half-Underwater. So, meskipun ini baru percobaan awal tapi berhubung lokasinya keren, hasil fotonya tidak terlalu mengecewakan.

Pulau Sebayur, Komodo - Flores. saya tidak berdiri tapi dalam posisi mengapung, di sebelah selatan dermaga kecilnya.

Travel buddy waktu trip Komodo, saya minta jadi model untuk Half Underwater Photography. Lokasi tepatnya di Pulau Kelor, sebelah utara, kelihatan kalau lautnya dangkal. Saya coba tunggu ada ikan-ikan lewat di bawah kano,
tapi tidak ada yang muncul..LOL

Setelah di Pulau Sebayur itu, setiap snorkeling selalu saya sempat-sempatkan untuk bikin Half-Underwater. Tidak musti di laut, tapi di sungai, ataupun berenang di kolam renang pun saya bikin. Foto Half-Underwater memang memberi kesenangan tersendiri, apalagi jika hasilnya benar-benar tepat, bisa fokus antara bagian atas dan bagian bawah permukaan air. 

Ini foto anak tetangga di kampung saya, di Lela, Maumere - Flores.
Pas beli ikan segar di pantai, saya minta anak ini masuk ke laut.

Selfie ini saya bikin di kolam Aston Ungasan Hotel & Convention Center, hotel gede samping GWK Jimbaran, Bali. Tepatnya di kolam bawah yang airnya bening sekali. Gopro saya selipkan di tangga besi.
So far, yang paling menyenangkan adalah waktu saya memotret Half-Underwater di Pantai Ora (Ora Beach), Pulau Seram – Maluku. Lokasinya memang sempurna, yang menyediakan semua elemen. Mulai dari air laut yang bening berisi koral, bukit kapur yang tinggi, dan bungalow yang terapung. Air lautnya juga tenang sekali sehingga lensa kamera Gopro yang mungil tidak terlalu sering kena riak air.

Foto ini saya bikin pas di samping dermaga Ora Resort, Pulau Seram, Maluku

Masih dititik yang sama, di Ora Resort. Saya hanya melangkah maju beberapa meter ke depan dari titik sebelumnya, dan memotet dua bintang sebagai foreground. 
Basically, bikin foto Half-Underwater tidaklah sulit. Bila sudah biasa memotret, pemahaman tentang angle, komposisi, dll akan membantu kita untuk menciptakan foto Half-Underwater yang bagus.

Berikut syarat-syarat dasar membuat Half-Underwater Photography:
  • Pakai kamera underwater. Jenis apapun bisa. Tapi kalau kamera yang kelas pro, pasti eksekusinya lebih gampang. Apalagi bila yang punya ‘dome’. Belum tahu ‘dome’? Itu tabung kaca separu bola yang biasa di pasang di depan kamera underwater. Eit, hold on…Saya pakai yang simple, GoPro Hero 4, versi Silver (biar bisa preview, mas Bro). Kalau bikin foto bagus tapi hanya pakai kamera simple, itu lebih membanggakan loh! Yang hebat adalah kamu, bukan kamera beserta tetek bengeknya. Saya tidak rekomen bikin Half-Underwater dengan kamera non underwater/mobile phone yang diisi dalam bungkusan plastik karena hasil foto akan blurry di permukaan air/ area atas.
  • Cari lokasi yang airnya bening. Ini supaya bagian bawah/underwater bisa kelihatan apa saja obyeknya/isinya. Yuk, traveling!
  • Atur komposisi yang tepat. Karena harus ada dua bagian yang dimunculkan, mata kita musti jeli mengatur letak obyek. Baik obyek atas permukaan air, maupun obyek bagian bawah permukaan air. Mau diposisikan dimana obyek foto?
  • Berdiri atau bergeraklah dengan stabil. Cari pijakan yang nyaman untuk kaki kita. Foto Half-Underwater yang baik tidak bisa dibikin dalam sekali jepret. Biasanya lebih dari 5 kali jepret, kita barulah dapat 1 file yang pas. Trik yang paling rekomended bila memotret Half-Underwater di laut adalah memotret saat laut surut. Kenapa? Karena batas antara obyek di permukaan air dengan bagian bawah air lebih tipis. 
  • Photography is a creative work. Be creative.

Underwater di Pulau Arborek, Raja Ampat. Ikan-ikan disini jumlahnya tidak bisa dihitung, hidup bebas karena ada larangan memancing. Sangat gampang untuk memotret Half Underwater Photography


Half-Underwater Photography pun bisa dibikin fake atau boongan. Lalu, bagaimana mengetahui itu benar hasil 1 file, bukan hasil montage atau merger dari  2 file?
Umumnya photographer yang sudah memotret bertahun-tahun sudah tahu mana fake, mana tidak, semulus apapun foto itu diolah. Untuk Half-Underwater:
  • Zoom di bagian line/garis yang memisahkan bagian atas dan bagian bawah. Perhatikan area di sekitar garis tersebut, apakah natural atau tidak. Kita akan tahu.
  • Untuk obyek yang mengisi dua bagian sekaligus, baik bagian bawah air dan bagian atas air, misalnya manusia yang kakinya di dalam air sedangkan kepalanya di atas permukaan air, maka 90% bagian yang berada di bawah air harus lebih besar/membesar. Ini efek normal yang ‘sudah semestinya’ bila obyek tepat di depan kamera atau berjarak dekat.
Salam Traveling!
VALENTINO LUIS

Jalan-Jalan ke Nagekeo (Part 1)

Hawa Legawa  Kawa   MERESAPI KEBERSAHAJAAN HIDUP  SEBUAH KAMPUNG TRADISIONAL  DI PUNDAK GUNUNG AMEGELU, NAGEKEO-FLORES P ...